Selasa, 25 September 2012

Kesetiaan Dalam Hamparan Sajadah Cinta

Mungkin, apa yang telah-sedang-dan akan kita lakukan selalu kita sinergikan dalam rahman-rahim Nya Tuhan. Karena hal itu semua bisa terbaca dan terasa dari keikutsertaan Tuhan ketika kita melaksanakan ritual sehari-hari, baik yang langsung maupun tidak langsung.

Saat fajar, ketika panggilan Tuhan sudah ternikmati oleh hati dan pikiran kita, kita bergegas untuk membersihkan segenap indera khilaf kita, dan kemudian membiarkan jejak langkah ini menuju tempat sujud integrasi. Di sana, di tempat biasa kita untuk menumpahkan segala harapan, kecemasan, dan cinta telah menunggu para malaikat dengan sayap kedamaianNya Tuhan. Selang beberapa menit, ajakan untuk mendirikan bukti terimakasih kita kepada Yang Maha Memiliki Segala-galanya telah merasuk dan mengalir dalam urat nadi kita. Kemudian sang imam persatuan dan kesatuan berdiri menghadap sumber kiblat ideologi untuk kemudian di ikuti oleh makmum husnuzzon.

Begitu kuat takbir kita membelah langit dan meresap bumi, sehingga yang ada adalah nafas-nafas pengakuan akan kebesaran dan keagungan Zat. Zat yang maha mampu membikin kita untuk sedekap, ruku' dan sujud dalam keadaan muthmainnah. Zat yang maha membuat kita begitu merindu ketika kefanaan adalah pintu untuk memasuki ke-kekal-an. Zat yang begitu maha bijaksana ketika terkadang bilik hati sempat mendua. Dan Zat tempat bergantung manakala qada' dan qadar adalah pembuktian ikhtiar-kerelaan.

Memasuki saat persaksian akan kesetiaan komitmen ketauhidan, kita mengundang semua nabi dan malaikat sebagai saksi. Bahwa bangunan shalat, konsistensi ibadah, nikmat hidup, dan peringatan kematian ini memang sungguh hanya dari dan untuk Tuhan semata. Di situ juga hadir bapak tauhid kita Ibrahim dan penyempurna segala peradaban ketauhidan Muhammad, yang menjadi wasilah kita menuju Hanief dalam segala dimensi hidup dan kehidupan.

Di penghujung pengabdian, kita sempurnakan ia dengan mengimplementasikan rahmat bagi seluruh lapisan tata kosmos. Bukti bahwa kita telah serius berikhtiar dalam mengemban amanah syukur.

Setelah satu amanah tertunaikan, maka kita berekspansi dan bereksplorasi dalam memaknai dan menerjemahkan kesehatan dan kesempatan dalam bentuk amanah yang lain. Sungguh suatu jejaring hidup yang harmoni dan bermartabat dalam restuNya Tuhan.

Wallahu a'lamu birrahmanirrahim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar